RATNA KUMARA

"Jangan Berbuat Jahat, Perbanyak Kebajikan, Sucikan Hati dan Pikiran, Inilah Ajaran Para BUDDHA"

JALAN2 KE ALAS KETONGGO

Posted by ratanakumaro pada Juni 15, 2009

Namatthu Buddhassa,

Dear All Brother and Sisters,

Peringatan dari Perhutani

Pada hari Sabtu, 13 Juni 2009, saya diajak seorang Bhikkhu  berjalan-jalan ke Alas Ketonggo, Jawa-Timur.  Bhikkhu tersebut, dulunya (sebelum menjadi Bhikkhu)  tinggal bertapa di dalam hutan itu ( Alas Ketonggo ) selama satu tahun, sebelum akhirnya menuntut ilmu ke tanah para Buddha ( India, Tibet, Thailand, Burma/Myanmar )  dan ditahbiskan menjadi Bhikkhu disana ( Burma/Myanmar ).

Jalan setapak menuju Pertapaan Dewi Tunjung Sari

Alas Ketonggo, adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi, yang terletak 12 Km arah selatan kabupaten Ngawi. Jawa Timur.  Menurut masyarakat Jawa, Alas Ketonggo merupakan salah satu dari kedua alas-angker / “wingit” di tanah Jawa. Disana terdapat kerajaan makhluk-halus, begitu menurut masyarakat. Sedangkan satu hutan lainnya adalah, Alas-Purwa di Banyuwangi.  Alas Purwa disebut dengan “Bapak”, sedangkan Alas Ketonggo disebut dengan “Ibu”.

Menurut catatan, di Alas-Ketonggo terdapat lebih dari sepuluh (10) tempat pertapaan :

Mulai dari Palenggahan-Agung-Srigati, Pertapaan-Dewi-Tunjung-Sekar, Sendang-Derajad, Sendang-Mintowiji, Goa Sidodadi Bagus, Pundhen Watu Dakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe, Punden Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Panguripan, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.

Papan-Nama-Palenggahan-Agung-Srigati

Saya kemarin hanya sempat ke Palenggahan Agung Srigati, Pertapaan Dewi Tunjung Sekar, Sendang Derajad, Sendang Mintowiji, Gowa Sidodadi Bagus, tidak sempat ke tempat2 lain karena sesuatu hal.

PALENGGAHAN AGUNG SRIGATI

Lokasi Palenggahan Agung Srigati ini di wilayah Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa-Timur. Konon, tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh tentara-tentara Demak dibawah pimpinan R.Patah dan Wali-Sanga ( Sembilan Wali penyebar agama Islam di tanah Jawa ).  Dikatakan, ditempat itulah Sang Prabu kemudian melepas semua tanda-tanda Kebesaran-Kerajaan, yaitu jubah Beliau, Mahkota , dan semua benda-benda Pusaka; konon, kesemuanya kemudian “raib”, “moksa”.  Dan lalu Sang Prabu melanjutkan perjalanan menuju Gunung Lawu.

Pak Marji-Sang Juru Kunci

Yang merupakan petilasan Sang Prabu Brawijaya V adalah berupa gundukan tanah yang tumbuh setiap hari dan mengeras bagaikan membentuk batu-karang.  Kini, gundhukan tanah tersebut, yang didasari plesteran-semen ditutup keramik, dikelilingi oleh sebuah bangunan berukuran 4X3 meter. Dinding rumah Palenggahan Agung Srigati ini biasanya ditutupi bendera Merah-Putih panjang, namun Sabtu kemarin, penutupnya hanya berupa kain putih saja.

Suasana Dalam Pesanggrahan Agung Srigati

Didalam rumah-rumahan Palenggahan Agung ini, terdapat berbagai benda-benda yang secara simbolik melambangkan tanda-tanda kebesaran kerajaan Majapahit. Baik berupa mahkota Raja, tombak-tombak pusaka, gong, dan lain-lainnya.  Di dalam ruangan ini sangat pekat aroma Dupa dan bunga-bunga, hal yang sangat wajar kita temukan di sebuah tempat “sakral”. Dupa dan taburan bunga-bunga ini berasal dari para pengunjung.

Gundukan Tanah Palenggahan Agung Srigati

Pak Marji ( Juru Kunci ) menyatakan, gundukan tanah tersebut pada saat-saat tertentu tidak tumbuh menyembul, katanya saat Indonesia mengalami suatu musibah atau peristiwa yang kurang-baik, maka gundukan tanah tidak akan tumbuh. Bila gundukan tanah tidak tumbuh, maka ini menjadi pertanda buruk bagi bangsa dan negara, begitu katanya.

Plang-Papan-Nama-Pertapaan Dewi Tunjung Sekar

Pada saat terjadi krisis moneter 1997, tanah tersebut tidak tumbuh, sehingga sama sekali tidak ada gundukan yang menyembul.

Pertapaan Dewi Tunjung Sekar ; Tidak terawat

Pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Pon dan Jumat Legi, apalagi di bulan Sura, masyarakat Jawa berbondong-bondong datang ke Palenggahan ini. Pada saat-saat itu, warga banyak menguncarkan “doa” dan bertapa, memohon berkah kepada “yang Maha Kuasa”, dari yang meminta berkah rejeki, karier, hingga perjodohan.

Pertapaan Dewi Tunjung Sekar dilihat dari Sungai

KISAH-KISAH MISTIS

Pak Marji menuturkan, banyak kisah mistis di Alas Ketonggo yang berhubungan dengan situasi politik-nasional.  Alkisah, menjelang Soeharto (Presiden RI kedua) lengser pada tanggal 21 Mei 1998, ada pohon jati yang mengering dan mati. Padahal sebelumnya, pohon itu tumbuh seperti biasa.

Papan Nama Sendang Derajad

Sendang Derajad

Dua puluh tiga (23) hari sebelum Ibu Tien Soeharto meninggal juga ada kejadian aneh, yaitu patahnya sebuah dahan pohon besar di Alas-Ketonggo. Padahal saat itu tidak ada hujan tidak ada angin.

Batu Bertuliskan "Tuk Mintowiji"

Tuk Mintowiji 2

Tuk Mintowiji

Tanggal 20 Juli 2001, tiga hari menjelang Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden RI, muncul cahaya Biru dan Putih bagaikan lentera diatas Kali Tempur Sedalem.

Guwa Sidodadi Bagus

Lorong Goa Sidodadi Bagus dari sisi Kanan

Tugu tempat pemujaan di dalam Goa

Lorong Goa sisi Kiri

Cerita-cerita mistis seperti inilah yang membuat banyak orang “ngalab-berkah” ke Alas Ketonggo. Tidak jarang, bahkan para pejabat-pejabat negara Republik Indonesia berkunjung ke tempat ini mencari “orang-sakti” , atau untuk “mohon-petunjuk” kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, begitu katanya.

Sayangnya, jalan menuju Alas Ketonggo ( khususnya menuju Palenggahan Agung Srigati ) ini sangat tidak terawat. Yang ada hanya jalan berbatu (tanpa aspal) yang bergelombang, sempit.  Mungkin sebaiknya pemerintah memperhatikan perbaikan jalan tersebut, supaya orang-orang yang ingin “nglakoni” atau bertapa ke Alas Ketonggo bisa menempuh perjalanan dengan nikmat.

Peace & Love,

Ratana Kumaro.

53 Tanggapan to “JALAN2 KE ALAS KETONGGO”

  1. Terimakasih sedalamnya Mas Ratana, tulisan keterangan dan gambar di atas telah melenyapkan rasa penasaran saya akan eksistensi alas Ketonggo selama ini. Sebuah informasi yg bagus, lengkap, ringkas dan sangat membantu. Sekali lagi matur nuwun.
    Alas ketangga hingga dijadikan kiasan tempat di mana SP akan muncul pertama kali. Dalam makna spiritual, alas ketangga berarti KEKETEG ING ANGGA, yakni tekad di dalam diri, atau “krenteging ati”. Semoga pemerintah memperhatikan situs-situs peninggalan para pendahulu, sebagai pusaka yg harus dilestarikan, sebagai kenangan indah sekaligus berfungsi sebagai “jendela” untuk menatap masa lalu, betapa para leluhur di jaman dulu telah memiliki budi daya spiritual tinggi yang patut menjadi teladan dan dilanjutkan segala nilai-nilai kearifan lokalnya (local wisdom). Karena saat ini banyak orang memilih “ngangsu warih buthek” neng njaba, tinimbang ngangsu warih bening neng omahe dewe.

    Rahayu nir ing rubeda, kalis ing sambekala
    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Pamuji Rahayu, kadhang mas Sabdalangit yang saya hormati,

    Maturnuwun mas Sabdalangit atas atensi panjenengan, dan atas diskusi kita tempo hari.

    Apa yang kita lakukan, adalah berdiskusi lintas pemahaman. Saya memaparkan pemahaman saya, panjenengan juga.

    Diterima silakan, tidak juga silakan. Yang paling pokok, didapatkan pengertian bagaimana masing2 pihak memandang sesuatu hal.

    Jika suatu saat nanti, kita ada waktu perjumpaan, saya sangat senang bisa berjumpa dengan mas Sabdalangit yang terhormat.

    Semoga, mas Sabdalangit senantiasa berbahagia, sukses dalam segala hal, sejahtera, damai, sentausa.

    Rahayu, rahayu, nir ing sambekala… .
    Sadhu..sadhu..sadhu.. .

  2. pamuji rahayu..,

    matur sembah nuwun kangmas atas keterangan dan gambar yang sangat bermanfaat buat kita semua disini.., saya juga belum pernah dan hanya mendengar tapi belum terlaksanan untuk kesana.., dengan gambaran seperti ini mungkin nanti saya bisa lebih punya niat ingsun untuk melihat dan merasakan keluhuran nilai budaya dan situs yang memang kita sendiri sebagai pewaris untuk selalu menjaga dan menguru uri.., semoga ada perhatian dari dinas yang terkait untuk lebih bisa memberikan dan membangun akses kesana sehingga mudah ditempuh dengan berbagai kendaraan darat. sekali lagi matur sembah nuwun..,

    semoga kangmas ratana selalu berbahagia dan sejahtera senantiasa.. rahayu widada niring sambekala, juga untuk para sedulur sinarawedhi disini..,

    salam sihkatresna … rehne sampun dangu mboten pinarak dumateng paseban panjenengan kangmas…,

    rahayu..,
    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Pamuji rahayu kakangmas Hadi Wirojati ,

    Maturnuwun mas atas perhatian panjenengan.
    Iya mas, kalau ada waktu disempatkan mengunjungi alas ketonggo. Dan semoga, pemerintah memberikan perhatian lebih untuk renovasi jalan menuju lokasi tersebut.
    Tapi, justru itulah tantangannya ya mas, mau nglakoni ya harus menempuh perjalanan yang penuh halangan dan rintangan, hehe, begitu filosofinya mungkin.. .

    Rahayu mas Hadi Wirojati.. .

  3. pamuji rahayu..

    betul kangmas Ratana.. kalau sudah niat mungkin apapun rintangannya dan halangan yang mungkin menghadang ( tapi jangan ding ) yang mulus mulus saja. heehhehehe…, lebih enak …, namannya juga menuju alas kangmas.. sedikit banyak memang selalu ada rintangan dan jalan berliku.. menambah suasana hati tetap tekad ( keketing angga ) ngendikanipun kangmas Sabdalangit, proses menuju pengenalan yang lebih halus untuk menghaluskan laku lampah wicara dan segala yang ada dalam diri.., matur sembah nuwun,

    salam sihkatresnan

    rahayu..
    sadhu….sadhu…sadhu

  4. Tedy~RE said

    Bertapa di tempat2 seperti itu…??? Takut ahh… seram. Saya belum sanggup, maklum saya masih amatir bin ingusan. He..he..

    Lha latihan dalam kamar di rumah sendiri aja masih takut, apalagi di hutan belantara. Bgm nih mas Ratana, untuk menetralisir ketakutan akan hal-hal yg mistis…??? Mohon sarannya untuk saya yg penakut ini.

    :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Dear Tedy,

    Untuk menetralisir ketakutan kita sendiri, dan untuk menetralisir niat-niat jahat dari makhluk-makhluk halus kepada kita, maka, setiap kita hendak bermeditasi, uncarkanlah paritta. Terutama, uncarkanlah Karaniyamettasutta, Brahmaviharapharana, Abhinhapaccavekkhana.

    Kemudian, baru kita masuk pada meditasi kita.

    Buddha sendiri yang menganjurkan penguncaran Karaniyamettasutta ini bila kita bermeditasi disuatu tempat dimana ditempat itu banyak makhluk halus yang masih memiliki niat jahat.

    Semoga bermanfaat.
    Mettacittena.

    • CY~RE said

      Bro, kiranya berkenan menuliskan sutta-sutta tersebut (plus terjemahan kalo boleh) supaya yg awam jadi paham dan yg paham jadi khatam… upss… ;))

      *SaTe* (Salam Terimakasih maksudnya) 😀
      :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
      Dear Ko CY,

      Baik Ko, ini saya tuliskan sutta-sutta tersebut plus terjemahannya :

      1. KARANIYAMETTA-SUTTA

      Karaniyamatthakusalena

      Yantam santam padam abhisamecca

      Sakko uju ca suhuju ca

      Suvaco c’assa mudu anatimani

      Santussako ca subharo ca

      Appakicco ca sallahukavutti

      Sant’indriyo ca nipako ca

      Appagabbho kulesu ananugiddho

      Na ca khuddam samacare kinci

      Yena vinnu pare upavadeyyum

      Sukhino va khemino hontu

      “Sabbe satta bhavantu sukhitatta”

      Ye keci panabhut’atthi

      Tasa va thavara va anavasesa

      Digha va ye mahanta va

      Majjhima rassaka anukathula

      Dittha va ye ca addittha

      Ye ca dure vasanti avidure

      Bhuta va samhavesi va

      “Sabbe satta bhavantu sukhit’atta”

      Na paro param nikubbetha

      Natimannetha katthaci nam kanci

      Byarosana patighasanna

      Nannamannassa dukkhamiccheyya

      Mata yatha niyam puttam

      Ayusa ekaputtamanurakkhe

      Evam pi sabbabhutesu

      Manasambhavaye aparimanam

      Mettan’ca sabbalokasmim

      Manasambhavaye aparimanam

      Uddham adho ca tiriyanca

      Asambadham averam asapattam

      Titthancaram nisinno va

      Sayano va yavat’assa vigatamiddho

      Etam satim adhittheyya

      Brahmametam viharam idhamahu

      Ditthinca anupagamma

      Silava dassanena sampanno

      Kamesu vineyya gedham

      Na hi jatu gabbhaseyyam punareti ‘ti

      [ ARTI =
      Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan

      Untuk mencapai ketenangan

      Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur

      Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong

      Merasa puas, mudah dilayani

      Tiada sibuk, sederhana hidupnya

      Tenang inderanya, berhati-hati

      Tahu malu, tidak melekat pada keluarga

      Tak berbuat kesalahan walaupun kecil

      Yang dapat dicela oleh para bijaksana

      Hendaklah ia berpikir “semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram”

      Semoga semua makhluk berbahagia

      Makhluk hidup apa pun juga

      Yang lemah dan kuat tanpa kecuali

      Yang panjang atau besar

      Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk

      Yang tampak atau tak tampak

      Yang jauh atau pun yang dekat

      Yang terlahir atau yang akan terlahir

      Semoga semua makhluk berbahagia

      Jangan menipu orang lain

      Atau menghina sipa saja

      Jangan karena marah atu benci

      Mengharap orang lain celaka

      Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya

      Melindungi anaknya yang tunggal

      Demikianlah terhadap semua makhluk

      Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas

      Kasih sayangnya kesegenap alam semesta

      Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas

      Keatas, kebawah dan kesekeliling

      Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan

      Selagi berdiri, berjalan atau duduk

      Atau berbaring, selagi tiada lelap

      Ia tekun mengembangkan kesadaran ini

      Yang dikatakan berdiam dalam Brahma

      Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal

      Dengan sila dan penglihatan yang sempurna

      Hingga bersih dari nafsu indera

      Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga ]

      ………………………………………………………………………………………………………………………..

      2. BRAHMAVIHARAPHARANA

      Aham sukhito homi

      Semoga aku berbahagia

      Niddukho homi

      Bebas dari penderitaan

      Avero homi

      Bebas dari penyakit

      Anigho homi

      Bebas dari kesukaran

      Sukhi attanam pariharami

      Semoga aku dapat mempertahankan kebahagianku sendiri

      Sabbe satta sukhita hontu

      Semoga semua makhluk berbahagia

      Niddukha hontu

      Bebas dari penderitaan

      Avera hontu

      Bebas dari kebencian

      Abyapajjha hontu

      Bebas dari kesakitan

      Anigha hontu

      Bebas dari kesukaran

      Sukhi attanam pariharantu

      Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri

      Sabbe satta dukkha pamuccantu

      Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan

      Sabbe satta ma laddhasampattito vigacchantu

      Semoga semua makhluk tidak kehilangan Kesejahteraan yang telah mereka peroleh

      Sabbe satta

      Semua makhluk

      Kammassaka

      Memiliki karmanya sendiri

      Kammadayada

      Mewarisi karmanya sendiri

      Kammayoni

      Lahir dari karmanya sendiri

      Kammabandhu

      Berhubungan dengan karmanya sendiri

      Kammapatisarana

      Terlindung oleh karmanya sendiri

      Yam kammam karissanti kalyanam va

      papakam va tassa dayada bhavissanti

      Apapun karma yang diperbuatnya baik atau buruk itulah yang akan diwarisinya

      ………………………………………………………………………………………………………………………

      3. ABHINHAPACCAVEKKHANA PATHA

      “ JARADHAMMOMHI
      JARAM ANATITO

      BYADHIDHAMMOMHI
      BYADHIM ANATITO

      MARANADHAMMOMHI
      MARANAM ANATITO

      SABBEHI ME PIYEHI MANAPEHI NANABHAVO VINABHAVO

      KAMMASSAKOMHI,
      KAMMADAYADO,
      KAMMAYONI,
      KAMMABANDHU,
      KAMMAPATISARANO.
      YAM KAMMAM KARISSAMI
      KALYANAM VA PAPAKAM VA,
      TASSA DAYADO BHAVISSAMI.

      EVAM AMHEHI ABHINHAM PACCAVEKKHITABBAM.”

      [ Artinya :

      “ Aku wajar mengalami usia tua.
      Aku takkan mampu menghindari usia tua.

      Aku wajar menyandang penyakit.
      Aku takkan mampu menghindari penyakit.

      Aku wajar mengalami kematian.
      Aku takkan mampu menghindari kematian.

      Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah,
      Akan terpisah dariku.

      Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri,
      Terwarisi oleh perbuatanku sendiri,
      Lahir dari perbuatanku sendiri,
      Berhubungan dengan perbuatanku sendiri,
      Tergantung pada perbuatanku sendiri,
      Perbuatan apa pun yang akan kulakukan,
      Baik atau pun buruk,
      Perbuatan itulah yang akan kuwarisi.

      Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan. ]“

      ……………………………………………………………………………………………………………………………..

      Demikian Ko Cy, Semoga Bermanfaat untuk Anda dan rekan-rekan semuanya… ,

      Sotthi te hotu sabbada
      [ Semoga setiap saat Anda selamat sejahtera]

  5. epardana~RE said

    Salam Kenal Mas RatnaKumara

    Saya senang sekali mengikuti artikel di blog ini

    Pertanyaan saya adalah :

    1. Bagaimana pandangan buddhis / sikap kita secara buddhis mengenai adanya mahluk2 alam lain ? misalnya kita bertemu mahluk2 tersebut ? Sebab di beberapa tempat mungkin ada yang memberi sesaji dan lain2 apakah demikian supaya kita bisa harmonis dengan mereka? Sebab katanya ada yg meminta2 berkah? setahu saya yang menentukan kita menjadi Bahagia / Menderita adalah KARMA Kita sendiri .

    2.Jadi kalau ada yang memuja dewa /dewi tertentu Apakah peranan Mereka terhadap Kita yang menyembahnya? Apakah mereka bisa membantu kita karena kita puja2 ( Membalas )

    Mohon Pencerahannya

    Semoga Semua Mahluk tanpa kecuali ” BERBAHAGIA ”
    :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Namatthu Buddhassa,
    Salam Kenal sdr.Epardana,

    1. Pandangan Buddhis mengenai hal ini tercermin dalam kalimat “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta” ~ “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.

    Juga dari kalimat ini =

    “ Sabbe Satta Sukhita Hontu, Nidukkha Hontu, Avera Hontu, Abyapajja hontu, Anigha Hontu, Sukhi attanam Pariharantu “ ~ “Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari permusuhan, bebas dari kesakitan, bebas dari kesukaran, semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka masing-masing”.

    Maknanya adalah, bahwa semua makhluk mempunyai “hak-hidup”, mempunyai hak untuk meraih kebahagiaan.
    Tidak peduli apakah itu manusia, hewan, hantu, makhluk neraka, hingga para Dewa kamadhatu-rupadhatu-arupadhatu.
    Sehingga kita para manusia, tidak sepantasnya memusuhi mereka, mengusir mereka, dan lain2 tindakan yang tidak perlu. Selama tidak mengganggu, kita dapat hidup berdampingan secara harmonis.

    Bila bertemu mereka , pujikan saja supaya mereka selamat dan berbahagia.

    Memang, sebagian banyak masyarakat menganut kepercayaan seperti itu, yaitu meminta-minta berkah pada makhluk2 tertentu, hingga kepada para Dewa, kepada Maha-Brahma ( Maha-Pencipta, Maha-Kuasa ). Namun, seperti yang sdr.Epardana nyatakan sendiri, bahwa kehidupan yang bahagia maupun yang menderita, semua disebabkan karena pikiran dan perbuatan ( karma ) kita sendiri, sehingga, sangatlah tidak perlu untuk meminta-minta berkah rejeki, perlindungan, dan lain2 kepada makhluk-makhluk tersebut , termasuk pada yang disebut-sebut sebagai “Maha…”.

    MENGENAI SESAJI
    Sebenarnya, karena semua hal adalah karena pikiran dan perbuatan kita sendiri, maka sesajian itu sesungguhnya tidak perlu.
    Namun, ketika kita berpuja bhakti ( dimana diatas meja puja-bhakti terdapat banyak pernak-pernik serupa sesajian ) , kita juga sering menguncarkan ARADHANA-DEVATA, yakni Paritta untuk mengundang semua makhluk halus dan para Dewa untuk datang berkumpul dan bersama-sama mendengarkan Dhamma Sang Buddha. Kita mengundang Yakkha, Gandabbha, Naga.
    Lalu, selesai puja-bhakti , kita menguncarkan paritta Ettavata, dengan tujuan melimpahkan berkah kebahagiaan kepada semua Dewa ( sabbe Deva ), semua makhluk halus ( sabbe Bhuta ) dan semua makhluk apapun juga ( sabbe satta ) pancavokara ( yang memiliki pancakhanda ) dan dapat bersimpati ( mudita-citta ) atas jasa-jasa kebaikan.
    Jadi, gunanya “sesajian” diatas meja Puja Bhakti itu salah satunya untuk kita limpahkan pada makhluk-makhluk tersebut diatas, supaya mereka turut berbahagia.

    2. Mungkin pengertiannya saja yang selama ini keliru. Banyak orang memuja-muja para makhluk halus , memuja-muja para Dewa. Sebenarnya ini tidak perlu. Yang perlu kita lakukan adalah berbuat-baik, melimpahkan jasa-jasa kebaikan pada mereka, dan secara otomatis, makhluk2 tersebut akan SENANG kepada kita, sehingga bila suatu saat kita menghadapi suatu “musibah”, makhluk2 seperti ini dengan itikad sendiri akan membantu kita tanpa kita memintanya, semacam “take” and “give” begitu.

    Para Dewa memang bisa membantu kita bila kita memintanya, tapi kita tidak perlu “menghamba” kepadanya, memuja-muja dia, menganggapnya “Tuan” bagi kita. Ini sangat keliru.
    Pada akhirnya, seharusnya kita memperlakukan makhluk2 apapun juga seperti kita memperlakukan sesama manusia, terlebih seperti memperlakukan diri kita sendiri.

    KAMMASSAKOMHI,
    KAMMADAYADO,
    KAMMAYONI,
    KAMMABANDHU,
    KAMMAPATISARANO.
    YAM KAMMAM KARISSAMI
    KALYANAM VA PAPAKAM VA,
    TASSA DAYADO BHAVISSAMI.

    EVAM AMHEHI ABHINHAM PACCAVEKKHITABBAM.”
    [ Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri,
    Terwarisi oleh perbuatanku sendiri,
    Lahir dari perbuatanku sendiri,
    Berhubungan dengan perbuatanku sendiri,
    Tergantung pada perbuatanku sendiri,
    Perbuatan apa pun yang akan kulakukan,
    Baik atau pun buruk,
    Perbuatan itulah yang akan kuwarisi.

    Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan. “]

    Semoga bermanfaat,
    Mettacittena,
    Ratana Kumaro.

    • epardana~RE said

      Terimakasih atas balasannya Mas Ratnakumara…Beruntung sekali rasanya saya bisa berkenalan dengan anda , yg bisa menjawab pertanyaan saya dengan memuaskan…kalau ada pertanyaan lagi jangan bosan2 ya mas Ratnakumara tolong di bantu…

      ” Semoga Semua Makhluk BERBAHAGIA ”
      ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
      Namatthu Buddhassa,

      Anumodana atas kunjungan anda ke blog saya ini.

      Saya juga merasa sangat beruntung sekali bisa mengenal rekan se-Dhamma seperti anda.
      Jangan sungkan-sungkan, bila ada pertanyaan lagi, atau mungkin anda mempunyai suatu pengalaman menarik tertentu berkaitan dengan Buddha-Dhamma, silakan anda share di blog ini.
      Semoga saya bisa membantu anda bila ada sesuatu pertanyaan perihal Dhamma yang mungkin belum kita mengerti.

      Soti te Hottu Sabbada
      “Semoga Anda Selamat Sejahtera”

  6. mas ratnakumara yang saya hormati.

    dengan mengikuti sekilas perjalanan ke alas ketonggo,rasanya saya larut seperti ziarah rohani.
    Dengan diawali masuk hutan hijaunya lembah dan pohon terasa kesejukan menghadap Illahi.Ada 10 tempat palenggahan agung Srigati untuk semedi dan moksa,manusia diingatkan oleh yang akarya jagad agar selalu ingat akan sangkan paraning dumadi.Gundukan tanah yang kadang muncul/tidak mengandung makna kehidupan nasib manusia yang tidak abadi yang ditandai gersangnya pohon,patahnya dahan,keringnya sumber air dan cahaya pelangi.Tanda-tanda alam merupakan petunjuk Illahi tentang hukum sebab dan akibat,yang merupakan tuntunan moral kebaikan bagi insan di bumi.

    matur sembah nuwun kangmas
    salam rahayu.
    :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Pamuji Rahayu Eyang Kakung yang sangat saya hormati,

    Semoga postingan saya mengenai Alas Ketonggo ini bermanfaat untuk kita semua, terutama tentunya kagem panjenengan pribadi.
    Senang rasanya bila apa yang saya suguhkan disini bisa diambil manfaatnya.

    Matur sembah nuwun, eyang Kakung yang saya hormati,

    Salam Tentrem Rahayu…,
    Semoga Eyang Kakung senantiasa Sukses dalam segala hal, sehat wal’afiat, sejahtera, damai, sentausa, bebas dari segala bentuk penderitaan.
    Sadhu..sadhu..sadhu.. .

  7. lovepassword~RE said

    Wah met jalan-jalan mas ratna
    ……………………………………………………..

    Terimakasih, lovepassword.

  8. wira jaka~RE said

    ya … sangat bermanfaat, menambah pengetahuan saya …. terutama pertanyaan dan jawaban yang sangat memuaskan ….

    salam,
    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Salam mas Wira Jaka,

    Sangat senang rasanya mas Wira Jaka kembali lagi nyambangi blog saya ini.

    Salam Pamuji Rahayu,
    Semoga Anda senantiasa Selamat Sejahtera.

  9. pamuji rahayu…,

    kangmas ratana. gimana khabarnya …? semua senantiasa dalam kebahagiaan dan kesejahteraan…, damai selalu .., apapun perbedaan dan pendapat rasanya kalau saling memahami dan dengan kebeningan pikir dan kejernihan hati semua akan tampak indah dan harmoni… seperti ALAS KETONGGO ini ya kangmas..tampak asri dan begitu sejuk menyimpan makna yang dalam…,kita saling berbagi dan men-donga-kan, agar senatiasa bisa meraih kemerdekaan dan kebebasan serta menuju pada Nusantara yang Jaya kawijayan juga mulai kita bangkit untuk TIWIKRAMA BUDAYA..,
    matur sembah nuwun..,

    salam sihkatresnan
    rahayu karaharjan.
    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
    Salam Pamuji Rahayu, mas hadi wirojati.. ,

    Maturnuwun, kabar saya sangat baik sekali, bagaimana dengan anda sendiri ?
    Inggih mas Hadi, mari kita saling me-MUJI-kan, supaya kita bisa meraih kemerdekaan dan kebebasan pribadi serta menuju Nusantara yang Jaya kawijayan juga mulai kita bangkit untuk TIWIKRAMA BUDAYA.

    Matur sembah nuwun, mas Hadi,

    Salam sih katresnan,
    Rahayu Karaharjan… .

  10. tomy~RE said

    Bagi kami Alas Ketangga tidak sekedar tempat ngalap berkah atau hutan angker.
    Lebih dari itu alas Ketangga adalah sebuah prasasti kejatuhan Nusantara saat Eyang Brawijaya dipaksa melepas kebesarannya sebagai raja Majapahit di Srigati & dipaksa mengambilkan air wudhu di Umbul Jambe.
    Namun disini pula akan datang sebuah pengharapan akan kembalinya kejayaan Nusantara.
    Ada banyak kisah tentang Alas Ketangga
    Salah satunya dulu ada beberapa tukang kayu & bangunan dari Jepara disuruh membangun istana di tengah Alas Ketangga. Mereka sungguh2 dibayar & kembali dengan selamat tapi tidak pernah bisa melihat lagi bangunan yang mereka bangun
    ……………………………………………………………………………………………………………
    Salam Pamuji Rahayu, kadhang mas Tomy Arjunanto

    Maturnuwun atas tambahan informasinya ( itu mohon ijin saya pertebal kalimat yang saya anggap informasi penting dari anda ).

    Memang alas-ketonggo ini alas yang menyimpan banyak misteri-spiritual.
    Dan adalah hal yang sangat baik, bila seseorang yang seneng nglakoni, menyempatkan diri barang beberapa hari untuk samadhi disana.

    Sekali lagi terimakasih atas tambahan informasi yang menarik mengenai alas-ketonggo ini.

    Mugi Rahayu ingkang sami Pinanggih.

  11. Karim~RE said

    Dear Bro Ratana,
    Saya dan teman2 ada rencana mengundang 5 – 7 orang bikkhu dari daerah Udon Thani Thailand utk berkunjung ke Indonesia selama lebih kurang 1 bulan pada bulan Okober – November 2009. Saya tertarik utk membawa beliau-beliau ini utk jalan2 ke Alasketonggo kalau waktunya cukup dan beliau mau. Apa nanti Bro Ratana bersedia menemanin kami ke sana?

    Sabbe satta bhavantu sukhitatta.

    With metta, Karim
    ……………………………………………………….
    Namo Buddhaya,

    Namaste Suvatthi Hotu…,

    Sdr. Karim yang terhormat.

    Ya, saya bersedia jika memang anda berkenan mengajak saya turut serta.
    Sungguh suatu kebahagiaan dan kehormatan bagi saya atas kesempatan yang anda berikan ini.

    Mettacittena.

    Semoga, Anda Sekeluarga Senantiasa Berbahagia, Damai, Sejahtera, Sentausa.
    Sadhu,Sadhu,Sadhu… .

  12. Karim~RE said

    Dear Bro Ratana,
    Anumodana atas kesediaan Bro Ratana menemani kami. Nanti akan saya bicarakan dengan beliau saat beliau berada di Indonesia.
    Utk memudahkan komunikasi apa boleh saya tahu nomor HP anda?
    Kalau boleh tolong di infokan via email saja.
    sekali lagi terima kasih.
    Semoga kita semua dan semua makhluk senantiasa berbahagia.

    Salam Metta, Karim
    …………………………………………………………………………………………………
    Namaste Suvatthi Hotu…,

    Salam Hormat saya untuk Anda, Sdr.Karim.

    Anumodana juga atas kesempatan yang diberikan kepada saya.
    Baik, nanti saya akan beritahukan nomor HP saya via email.

    Juga, jangan sungkan2 untuk terus menyumbangkan komentar disini, saya dan kami semua sangat membutuhkan sumbangan komentar dari siapapun juga.

    Salam Hormat sedalam-dalamnya dari saya,
    With a lot of Metta ;
    Semoga, Anda Sekeluarga Senantiasa Berbahagia, Damai, Sejahtera, Sentausa…,
    Sadhu,Sadhu,Sadhu.

  13. Nano~RE said

    Hmm… bagus tuh tempatnya, sayang ya doeloe saat jadi anak kos di Jogya belum tau ada tempat begitu.
    Menurutku tempat ini cocok buat Retret.
    Dari arah Semarang / Jogya masih jauh ga ke Alas Ketonggo ??
    Sekarang tempat itu masih banyak di kunjungi orang ?
    ……………………………………………………………………………………………………
    Dear Nano.. 🙂

    Iya , anda benar, tempat ini cocok untuk Retret.

    Dari Semarang, kurang lebih butuh waktu 5 jam perjalanan untuk sampai kesana.
    Dari Semarang ke Solo = 3 jam.
    Dari Solo ke Alas Ketonggo = 2 jam.

    Itu rute yang pernah saya tempuh.

    Tempat itu masih banyak dikunjungi banyak orang, dan masih banyak pula yang bertapa disana.

    Okey Nano, semoga jawaban saya ini membantu anda… 🙂

    May Happiness Always b With U… ,
    Sadhu,Sadhu,Sadhu.

  14. CY said

    @Nano
    Hahaha… tumben sampeyan melirik Alas Ketonggo? Baru tau nih sampeyan pernah kos di Jogja.

  15. Nano~RE said

    @ CY
    Iya nih. Artikel ini sangat informatif.
    Saya cukup tertarik suasana Alas Ketonggo.
    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
    Dear Nano..,

    Coba saja, kapan2 disempatkan berkunjung ke alas ketonggo , semalam atau dua malam saja, sembari latihan samma-samadhi dan samma-sati, jadi biar bisa ngerasain nikmatnya pengalaman di alas ketonggo yang sesungguhnya. 🙂

    May U Take Care of Urself Happily,
    Sadhu,Sadhu,Sadhu.

  16. Nano said

    @ Bro Ratna
    Makasih atas atensinya.
    Sekedar info, kalo saya ada mudik ke kampung halamanku, pasti saya sama temanku ke Klenteng di lereng bukit.Dan memasang dupa di situ. Suasananya cukup menenangkan.
    Hanya di sana tidak ada orang bersemadi.
    Konon ada rumor , dulunya di bukit tersebut ada orang bertapa.
    Semenjak di bangunnya sebuah Klenteng, dan di buka akses jalan, tempat itu jadi ramai di kunjungi.
    Melihat Alas Ketonggo teringat kampung halamanku, walau ada perbedaan dan persamaan.

  17. hidayat said

    Salam sejahtera
    baru bisa lihat dan komentar diblog anda , karena saya agak sibuk.
    menarik sekali tulisan ini,
    sy jadi ingat Pak Marji, bgm kabarnya?
    saya tambahkan posisi Goa Sidodadibagus ada di tangkis barat Kali Ketonggo dari arah selatan.
    kalau anda melintasi sungai itu lewat “batu kadang karahayon” terus sebenarnya tidak dalam alias dangkal, seratus meter berikutnya ada “pertemuan dua sungai kali tempuran” dan sekitar ada 34 tempat dikeramatkan disana. Yang menarik lagi jika anda masuk hutan keutara dari kali tempuran sejauh 3 km ada Perlintasan Umbul jambe, lebih menarik Mas…. ditempat ini secara ghoib akan disambut pasangan raja dan permaisuri dan harimau kumbang.
    ya itu tambahan dari saya…

  18. hidayat said

    NB: kalau di Umbul jambe banyak warung kopinya mas. tapi uhuinya juga banyak mesti juga hati-hati, seperti wisata spiritual/mistis umumnya, kalau dijakarta ya mirip petilasan si Pitung dimasjid pantai Al Alam, Pantai Marunda-Cilincing JakUt. Warteg dan wisatawan kalau pagi ramai sekali, kalau malam banyak orang tirakat dipendopo Putra Bangsa, warkop, anggota intel ngawi sekaligus mungkin adu ilmu ghoib, gemericik aliran sungai, bau dupa, dinginnya malam, dan perlahan orang bicara sangat cocok untuk mencari suasana baru………..saya tahu karena tukang ngluyur, jadi mungkin lama nggak ngeblog sibuk Mas,.

  19. Dear Mas Hidayat,

    Wah, saya ikut senang, mas Hidayat sudah kembali lagi ke dunia blogger ^_^

    Terimakasih atas tambahan informasinya tentang Alas-Ketonggo ini.

    Sayang ya mas, saya pas kesana, gak ketemu mas Hidayat.., kalau ketemu pasti menyenangkan ^_^

    Oiya, selamat merayakan hari raya Idul Fitri mas Hidayat, Minal aidzin wal faidzin.. , semoga selalu berbahagia, rahayu nir ing sambekala… 😉

  20. ferry said

    good ,,is very good,,? blm prnh kesana udah liat gambaRNYA JA DAH BGTU HEBAT GETARAN GAIBNYA,,,POKOKNYA YAA ALIMUL GHOIBY WASYAHADAH.. OK. BRO LEH GAK Q INGIN LBH TEU TENTANG SENDANG DRAJAD,,?

  21. kusfandiari abu nidhat said

    Adimas Ratnakumara yang saya hormati, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa Tuhan mengantarkan saya untuk menengok blog Saudara.
    Seiring dengan minat saya menyusuri sejarah Kota Ngawi, saya tertarik dengan uraian Saudara terkait dengan Alas Ketonggo.
    Satu hal yang saya minati ialah menyusuri asal-usul kata geografis. Salah satu di antaranya ialah Alas Ketonggo. Menurut saya, Ketonggo berasal dari Katangga (versi Kawi maupun Sansekerta selalu ditulis demikian). Namun saya tidak atau belum tahu arti Katangga tersebut. Barangkali Saudara bisa menemukan artinya? Terima kasih.

  22. sugiyanto psgmulyono said

    trimakasih info ratna kumara.

  23. kusfandiari abu nidhat said

    kapan-kapan kita ke Srigati, Mas Gik. Bisa?

  24. widodo said

    jalan terdekat menuju ketangga selain mengikuti arah petunjuk jalan masuk ke alas ketangga, lewat mana ? trimakasih sebelumnya

  25. panembahan suryo negoro said

    alas ketonggo merupakan tempat yang tepat untuk mencari jati diri. selain itu agar kita bisa melihat potensi dan talenta kita. bravo alas ketonggo

  26. panembahan suryo negoro said

    jangan salah gunakan tempat2 spt di alas ketonggo utk hal2 yg menyimpang dari akidah.

  27. kusfandiari abu nidhat said

    Katangga mungkin berasal dari ka + tangga. Apakah asal usulnya di sana ada ‘jalan setapak’ yang mirip tangga? Tentu membutuhkan penelusuran lebih jauh.

  28. Alas ketangga…
    Tempat yg perlu dilestarikan,dijaga dan diuri-uri. Sebagai tanda bahwa kita menghormati dan menjunjung tinggi peninggalan prasejarah…
    Sebelumnya saya minta maav,kebetulan saya bulan may kemaren bersama temend2 club motor touring ke Lawu dan mampir d alas ketangga..saya sangat suka dengan tempat dan pemandangan alamnya maklum kami mengatasnamakan club kami TOYOTA PECINTA ALAM(TOPA).tapi saya sangat menyayangkan
    tempat yg seindah dan selengkap dgn benda2 peninggalan itu sangat2kurang diperhatikan.
    Khususnya jalan menuju tempatnya yg kurang perhatian dari PEMKAB
    kamipun terbesit sauatu pertanyaan buat bapak/ibu juru kunci alas ketangga
    1.’mohon dijelaskan arti dari alas ketangga tersebut’
    2.apakah Pemkab tidak pernah perhatikan tempat trsb..padahal kan tmpt trsbt kalo malam hari bnyak yg datang jd setidaknya d kasih lampu penerangan jalan.
    3. Dua acungan jempol wat keindahan dan keaslian alam ALAS KETONGGO salut wat warga yg menjaganya.
    Terima Makasih…

  29. farisa said

    awas bahaya musryik….

  30. tyo said

    di alas ketonggo itu apa bener smua yang diminta keturutan?? klo minta di alas itu apa gak musryik????

  31. punakawan bayuaji said

    @Farisa, @ Tyo

    MUSRYIK ITU TEMPATNYA DI HATI DAN NIAT

    Misalnya: Satu saja niat (dihati, diucapkan dan dan dilakukan) bahwa obat dari dokter dapat menyembuhkan penyakit. Hal sekecil ini sudah tergolong musryik.

  32. punakawan bayuaji said

    @ Farisa

    musryik</b, itu adanya dalam hati, nggak usahlah anda berkomentar bila anda tidak memahami apa yang dilakukan oleh sedulutr-sedulur kita itu

  33. punakawan bayuaji said

    SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA

    Dear ‘Ratna Kumala’, sudah berkali-kali kirim komentar, koq nggak ada yang muncul WHY……………………………..??????????????????????????

  34. sofyan said

    mas kapan2 umbul jambe juga diikutin donk……..tempatnya juga baguslo untuk daerah wisata………

  35. ambeg paramarta said

    Trims infonya.

  36. robert said

    Salam kenal

    Mas Ratnakumara yang saya hormati, saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan mengantarkan saya untuk menengok blog Saudara.

    Pada tanggal 28 des 2010 sy bersama dengan teman2x datang ke pelenggahan agung srigati (tujuan pertama) dan di akhiri mandi di umbul jambe (bw pulang air) serta sowan di pesanggrahan soekarno…apakah ini sudah cukup mewakili (ritual), karena ternyata masih banyak tempat2 lain yang belum sy kunjungi (keterbatasan waktu)…kemudian khasiat air dari umbul jambe, kegunaan antara lain utk apa aja…matursuwun mas….

  37. agung said

    Di situ lah seseorang akan menemukan jati diri nya,tergantung niat di hati masing2.

  38. choirulanwar said

    pak de marji iki anak lanang doa restunya sekarang ku sudah tahu siapa diriku.terima kasih pepundenku eyang sri gati.anak lanang tlatah kraton kutakartanegara

  39. nyoman said

    om;suvastiastu om, semoga semua mahluk berbahagia,trimakasi saudara-saudara semua atas info nya, saya jadi pingin meditasi dan menenangkan diri, dan melihat alam nyata yang bisa memberikan pelajaran dan makna filosopi kehidupan, yang bisa menahan nafsu dan loba,untuk mencapai pahala dari karma untuk moksa,om shanti,shanti,shanti,om, damai di hati,di dunia ,dan selamanya,

  40. aminah said

    ass…wr.wb.Pada tgl 19 desember 2011 sy beserta keluarga diajak kerabat sy yg tinggal di kedung putri ke umbul jambe…kami melintasi hutan yg kebanyakan pohon jati….jalannya sdh bs dilewati mobil….ditengah hutan ada patung penjaga hutan…sesampainya di sana ada 2 buah warung untuk sekedar istirahat dan minum…..sdh sepuh penjaga warungnya,sekarang sdh ada jembatan gantung bercat merah putih…di sebarang sungai ada patung 2 ekor singa dan taman kecil…sumur yg tdk pernah kering airnya bersih…bening tepat di tepi sungai malah anak sy berenang di sungai itu…sumur itu bercat hitam putih…pulangnya saya lbh suka melewati sungai ….enak dikaki seger….saya juga memotret tempat tsb tp msh tersimpan di hp….demikian pengalamn sy mengunjungiumbul jambe wass…wr.wb.

  41. Angga said

    Aku anak ngawi,memang benar..pa lg waktu 1 suro,bnyak yg bersihin pusaka di situ

  42. macbeth said

    I’d been there just sightseeing, natural scenery. Washing my feet in smal river, lovely natural.

  43. saydie said

    dalane y ben ngono ae bro.la pengen dalan enak y neng kutho wae.he..he..

  44. bambang said

    MUNGKIN INI BUKAN KOMENTAR, TAPI PERTANYAAN KIRA2 BOLEH TIDAK AKU MINTA KESEMBUHAN ANAKKU YG USIA 11 TAHUN TAPI BELUM BISA JALAN, KONDISI KAKI NORMAL SUDAH BISA TRANTANAN TAPI BELUM KUAT BERDIRI SENDIRI APALAGI JALAN, TERIMAKASIH

  45. bambang soeprapto said

    Rahayu..rahayu..rahayu…salam kenal..salam sejatera buat kita semua..semoga saya bisa tut wuri handayani dalam meditasi dan kontemplasi..terima kasih

Tinggalkan Balasan ke sugiyanto psgmulyono Batalkan balasan