JALAN2 KE ALAS KETONGGO
Posted by ratanakumaro pada Juni 15, 2009
Namatthu Buddhassa,
Dear All Brother and Sisters,
Pada hari Sabtu, 13 Juni 2009, saya diajak seorang Bhikkhu berjalan-jalan ke Alas Ketonggo, Jawa-Timur. Bhikkhu tersebut, dulunya (sebelum menjadi Bhikkhu) tinggal bertapa di dalam hutan itu ( Alas Ketonggo ) selama satu tahun, sebelum akhirnya menuntut ilmu ke tanah para Buddha ( India, Tibet, Thailand, Burma/Myanmar ) dan ditahbiskan menjadi Bhikkhu disana ( Burma/Myanmar ).
Alas Ketonggo, adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi, yang terletak 12 Km arah selatan kabupaten Ngawi. Jawa Timur. Menurut masyarakat Jawa, Alas Ketonggo merupakan salah satu dari kedua alas-angker / “wingit” di tanah Jawa. Disana terdapat kerajaan makhluk-halus, begitu menurut masyarakat. Sedangkan satu hutan lainnya adalah, Alas-Purwa di Banyuwangi. Alas Purwa disebut dengan “Bapak”, sedangkan Alas Ketonggo disebut dengan “Ibu”.
Menurut catatan, di Alas-Ketonggo terdapat lebih dari sepuluh (10) tempat pertapaan :
Mulai dari Palenggahan-Agung-Srigati, Pertapaan-Dewi-Tunjung-Sekar, Sendang-Derajad, Sendang-Mintowiji, Goa Sidodadi Bagus, Pundhen Watu Dakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe, Punden Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Panguripan, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.
Saya kemarin hanya sempat ke Palenggahan Agung Srigati, Pertapaan Dewi Tunjung Sekar, Sendang Derajad, Sendang Mintowiji, Gowa Sidodadi Bagus, tidak sempat ke tempat2 lain karena sesuatu hal.
PALENGGAHAN AGUNG SRIGATI
Lokasi Palenggahan Agung Srigati ini di wilayah Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa-Timur. Konon, tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh tentara-tentara Demak dibawah pimpinan R.Patah dan Wali-Sanga ( Sembilan Wali penyebar agama Islam di tanah Jawa ). Dikatakan, ditempat itulah Sang Prabu kemudian melepas semua tanda-tanda Kebesaran-Kerajaan, yaitu jubah Beliau, Mahkota , dan semua benda-benda Pusaka; konon, kesemuanya kemudian “raib”, “moksa”. Dan lalu Sang Prabu melanjutkan perjalanan menuju Gunung Lawu.
Yang merupakan petilasan Sang Prabu Brawijaya V adalah berupa gundukan tanah yang tumbuh setiap hari dan mengeras bagaikan membentuk batu-karang. Kini, gundhukan tanah tersebut, yang didasari plesteran-semen ditutup keramik, dikelilingi oleh sebuah bangunan berukuran 4X3 meter. Dinding rumah Palenggahan Agung Srigati ini biasanya ditutupi bendera Merah-Putih panjang, namun Sabtu kemarin, penutupnya hanya berupa kain putih saja.
Didalam rumah-rumahan Palenggahan Agung ini, terdapat berbagai benda-benda yang secara simbolik melambangkan tanda-tanda kebesaran kerajaan Majapahit. Baik berupa mahkota Raja, tombak-tombak pusaka, gong, dan lain-lainnya. Di dalam ruangan ini sangat pekat aroma Dupa dan bunga-bunga, hal yang sangat wajar kita temukan di sebuah tempat “sakral”. Dupa dan taburan bunga-bunga ini berasal dari para pengunjung.
Pak Marji ( Juru Kunci ) menyatakan, gundukan tanah tersebut pada saat-saat tertentu tidak tumbuh menyembul, katanya saat Indonesia mengalami suatu musibah atau peristiwa yang kurang-baik, maka gundukan tanah tidak akan tumbuh. Bila gundukan tanah tidak tumbuh, maka ini menjadi pertanda buruk bagi bangsa dan negara, begitu katanya.
Pada saat terjadi krisis moneter 1997, tanah tersebut tidak tumbuh, sehingga sama sekali tidak ada gundukan yang menyembul.
Pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Pon dan Jumat Legi, apalagi di bulan Sura, masyarakat Jawa berbondong-bondong datang ke Palenggahan ini. Pada saat-saat itu, warga banyak menguncarkan “doa” dan bertapa, memohon berkah kepada “yang Maha Kuasa”, dari yang meminta berkah rejeki, karier, hingga perjodohan.
KISAH-KISAH MISTIS
Pak Marji menuturkan, banyak kisah mistis di Alas Ketonggo yang berhubungan dengan situasi politik-nasional. Alkisah, menjelang Soeharto (Presiden RI kedua) lengser pada tanggal 21 Mei 1998, ada pohon jati yang mengering dan mati. Padahal sebelumnya, pohon itu tumbuh seperti biasa.
Dua puluh tiga (23) hari sebelum Ibu Tien Soeharto meninggal juga ada kejadian aneh, yaitu patahnya sebuah dahan pohon besar di Alas-Ketonggo. Padahal saat itu tidak ada hujan tidak ada angin.
Tanggal 20 Juli 2001, tiga hari menjelang Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden RI, muncul cahaya Biru dan Putih bagaikan lentera diatas Kali Tempur Sedalem.
Cerita-cerita mistis seperti inilah yang membuat banyak orang “ngalab-berkah” ke Alas Ketonggo. Tidak jarang, bahkan para pejabat-pejabat negara Republik Indonesia berkunjung ke tempat ini mencari “orang-sakti” , atau untuk “mohon-petunjuk” kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, begitu katanya.
Sayangnya, jalan menuju Alas Ketonggo ( khususnya menuju Palenggahan Agung Srigati ) ini sangat tidak terawat. Yang ada hanya jalan berbatu (tanpa aspal) yang bergelombang, sempit. Mungkin sebaiknya pemerintah memperhatikan perbaikan jalan tersebut, supaya orang-orang yang ingin “nglakoni” atau bertapa ke Alas Ketonggo bisa menempuh perjalanan dengan nikmat.
Peace & Love,
Ratana Kumaro.
sabdalangit~RE said
Terimakasih sedalamnya Mas Ratana, tulisan keterangan dan gambar di atas telah melenyapkan rasa penasaran saya akan eksistensi alas Ketonggo selama ini. Sebuah informasi yg bagus, lengkap, ringkas dan sangat membantu. Sekali lagi matur nuwun.
Alas ketangga hingga dijadikan kiasan tempat di mana SP akan muncul pertama kali. Dalam makna spiritual, alas ketangga berarti KEKETEG ING ANGGA, yakni tekad di dalam diri, atau “krenteging ati”. Semoga pemerintah memperhatikan situs-situs peninggalan para pendahulu, sebagai pusaka yg harus dilestarikan, sebagai kenangan indah sekaligus berfungsi sebagai “jendela” untuk menatap masa lalu, betapa para leluhur di jaman dulu telah memiliki budi daya spiritual tinggi yang patut menjadi teladan dan dilanjutkan segala nilai-nilai kearifan lokalnya (local wisdom). Karena saat ini banyak orang memilih “ngangsu warih buthek” neng njaba, tinimbang ngangsu warih bening neng omahe dewe.
Rahayu nir ing rubeda, kalis ing sambekala
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Pamuji Rahayu, kadhang mas Sabdalangit yang saya hormati,
Maturnuwun mas Sabdalangit atas atensi panjenengan, dan atas diskusi kita tempo hari.
Apa yang kita lakukan, adalah berdiskusi lintas pemahaman. Saya memaparkan pemahaman saya, panjenengan juga.
Diterima silakan, tidak juga silakan. Yang paling pokok, didapatkan pengertian bagaimana masing2 pihak memandang sesuatu hal.
Jika suatu saat nanti, kita ada waktu perjumpaan, saya sangat senang bisa berjumpa dengan mas Sabdalangit yang terhormat.
Semoga, mas Sabdalangit senantiasa berbahagia, sukses dalam segala hal, sejahtera, damai, sentausa.
Rahayu, rahayu, nir ing sambekala… .
Sadhu..sadhu..sadhu.. .
Sigit Juventini said
Alas ketonggo sudah dibangun…
Gatut Semar said
Alas ketonggo sampun di pun paving radosanipun,engkang dereng di dandosi jalan nuju EYANG UMBUL JAMBE.
Kawulo alit said
Rahayu Kakangmas sedoyo ingkang sampun paringi informasi. Mugi-mugi warisan leluhur meniko mboten dipun laleake generasi penerus ing tembe. Suwun.
hadi wirojati~RE said
pamuji rahayu..,
matur sembah nuwun kangmas atas keterangan dan gambar yang sangat bermanfaat buat kita semua disini.., saya juga belum pernah dan hanya mendengar tapi belum terlaksanan untuk kesana.., dengan gambaran seperti ini mungkin nanti saya bisa lebih punya niat ingsun untuk melihat dan merasakan keluhuran nilai budaya dan situs yang memang kita sendiri sebagai pewaris untuk selalu menjaga dan menguru uri.., semoga ada perhatian dari dinas yang terkait untuk lebih bisa memberikan dan membangun akses kesana sehingga mudah ditempuh dengan berbagai kendaraan darat. sekali lagi matur sembah nuwun..,
semoga kangmas ratana selalu berbahagia dan sejahtera senantiasa.. rahayu widada niring sambekala, juga untuk para sedulur sinarawedhi disini..,
salam sihkatresna … rehne sampun dangu mboten pinarak dumateng paseban panjenengan kangmas…,
rahayu..,
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Pamuji rahayu kakangmas Hadi Wirojati ,
Maturnuwun mas atas perhatian panjenengan.
Iya mas, kalau ada waktu disempatkan mengunjungi alas ketonggo. Dan semoga, pemerintah memberikan perhatian lebih untuk renovasi jalan menuju lokasi tersebut.
Tapi, justru itulah tantangannya ya mas, mau nglakoni ya harus menempuh perjalanan yang penuh halangan dan rintangan, hehe, begitu filosofinya mungkin.. .
Rahayu mas Hadi Wirojati.. .
hadi wirojati said
pamuji rahayu..
betul kangmas Ratana.. kalau sudah niat mungkin apapun rintangannya dan halangan yang mungkin menghadang ( tapi jangan ding ) yang mulus mulus saja. heehhehehe…, lebih enak …, namannya juga menuju alas kangmas.. sedikit banyak memang selalu ada rintangan dan jalan berliku.. menambah suasana hati tetap tekad ( keketing angga ) ngendikanipun kangmas Sabdalangit, proses menuju pengenalan yang lebih halus untuk menghaluskan laku lampah wicara dan segala yang ada dalam diri.., matur sembah nuwun,
salam sihkatresnan
rahayu..
sadhu….sadhu…sadhu
Tedy~RE said
Bertapa di tempat2 seperti itu…??? Takut ahh… seram. Saya belum sanggup, maklum saya masih amatir bin ingusan. He..he..
Lha latihan dalam kamar di rumah sendiri aja masih takut, apalagi di hutan belantara. Bgm nih mas Ratana, untuk menetralisir ketakutan akan hal-hal yg mistis…??? Mohon sarannya untuk saya yg penakut ini.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Dear Tedy,
Untuk menetralisir ketakutan kita sendiri, dan untuk menetralisir niat-niat jahat dari makhluk-makhluk halus kepada kita, maka, setiap kita hendak bermeditasi, uncarkanlah paritta. Terutama, uncarkanlah Karaniyamettasutta, Brahmaviharapharana, Abhinhapaccavekkhana.
Kemudian, baru kita masuk pada meditasi kita.
Buddha sendiri yang menganjurkan penguncaran Karaniyamettasutta ini bila kita bermeditasi disuatu tempat dimana ditempat itu banyak makhluk halus yang masih memiliki niat jahat.
Semoga bermanfaat.
Mettacittena.
CY~RE said
Bro, kiranya berkenan menuliskan sutta-sutta tersebut (plus terjemahan kalo boleh) supaya yg awam jadi paham dan yg paham jadi khatam… upss… ;))
*SaTe* (Salam Terimakasih maksudnya) 😀
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Dear Ko CY,
Baik Ko, ini saya tuliskan sutta-sutta tersebut plus terjemahannya :
1. KARANIYAMETTA-SUTTA
Karaniyamatthakusalena
Yantam santam padam abhisamecca
Sakko uju ca suhuju ca
Suvaco c’assa mudu anatimani
Santussako ca subharo ca
Appakicco ca sallahukavutti
Sant’indriyo ca nipako ca
Appagabbho kulesu ananugiddho
Na ca khuddam samacare kinci
Yena vinnu pare upavadeyyum
Sukhino va khemino hontu
“Sabbe satta bhavantu sukhitatta”
Ye keci panabhut’atthi
Tasa va thavara va anavasesa
Digha va ye mahanta va
Majjhima rassaka anukathula
Dittha va ye ca addittha
Ye ca dure vasanti avidure
Bhuta va samhavesi va
“Sabbe satta bhavantu sukhit’atta”
Na paro param nikubbetha
Natimannetha katthaci nam kanci
Byarosana patighasanna
Nannamannassa dukkhamiccheyya
Mata yatha niyam puttam
Ayusa ekaputtamanurakkhe
Evam pi sabbabhutesu
Manasambhavaye aparimanam
Mettan’ca sabbalokasmim
Manasambhavaye aparimanam
Uddham adho ca tiriyanca
Asambadham averam asapattam
Titthancaram nisinno va
Sayano va yavat’assa vigatamiddho
Etam satim adhittheyya
Brahmametam viharam idhamahu
Ditthinca anupagamma
Silava dassanena sampanno
Kamesu vineyya gedham
Na hi jatu gabbhaseyyam punareti ‘ti
[ ARTI =
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan
Untuk mencapai ketenangan
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong
Merasa puas, mudah dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tidak melekat pada keluarga
Tak berbuat kesalahan walaupun kecil
Yang dapat dicela oleh para bijaksana
Hendaklah ia berpikir “semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram”
Semoga semua makhluk berbahagia
Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk
Yang tampak atau tak tampak
Yang jauh atau pun yang dekat
Yang terlahir atau yang akan terlahir
Semoga semua makhluk berbahagia
Jangan menipu orang lain
Atau menghina sipa saja
Jangan karena marah atu benci
Mengharap orang lain celaka
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan
Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan berdiam dalam Brahma
Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga ]
………………………………………………………………………………………………………………………..
2. BRAHMAVIHARAPHARANA
Aham sukhito homi
Semoga aku berbahagia
Niddukho homi
Bebas dari penderitaan
Avero homi
Bebas dari penyakit
Anigho homi
Bebas dari kesukaran
Sukhi attanam pariharami
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagianku sendiri
Sabbe satta sukhita hontu
Semoga semua makhluk berbahagia
Niddukha hontu
Bebas dari penderitaan
Avera hontu
Bebas dari kebencian
Abyapajjha hontu
Bebas dari kesakitan
Anigha hontu
Bebas dari kesukaran
Sukhi attanam pariharantu
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri
Sabbe satta dukkha pamuccantu
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan
Sabbe satta ma laddhasampattito vigacchantu
Semoga semua makhluk tidak kehilangan Kesejahteraan yang telah mereka peroleh
Sabbe satta
Semua makhluk
Kammassaka
Memiliki karmanya sendiri
Kammadayada
Mewarisi karmanya sendiri
Kammayoni
Lahir dari karmanya sendiri
Kammabandhu
Berhubungan dengan karmanya sendiri
Kammapatisarana
Terlindung oleh karmanya sendiri
Yam kammam karissanti kalyanam va
papakam va tassa dayada bhavissanti
Apapun karma yang diperbuatnya baik atau buruk itulah yang akan diwarisinya
………………………………………………………………………………………………………………………
3. ABHINHAPACCAVEKKHANA PATHA
“ JARADHAMMOMHI
JARAM ANATITO
BYADHIDHAMMOMHI
BYADHIM ANATITO
MARANADHAMMOMHI
MARANAM ANATITO
SABBEHI ME PIYEHI MANAPEHI NANABHAVO VINABHAVO
KAMMASSAKOMHI,
KAMMADAYADO,
KAMMAYONI,
KAMMABANDHU,
KAMMAPATISARANO.
YAM KAMMAM KARISSAMI
KALYANAM VA PAPAKAM VA,
TASSA DAYADO BHAVISSAMI.
EVAM AMHEHI ABHINHAM PACCAVEKKHITABBAM.”
[ Artinya :
“ Aku wajar mengalami usia tua.
Aku takkan mampu menghindari usia tua.
Aku wajar menyandang penyakit.
Aku takkan mampu menghindari penyakit.
Aku wajar mengalami kematian.
Aku takkan mampu menghindari kematian.
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah,
Akan terpisah dariku.
Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri,
Terwarisi oleh perbuatanku sendiri,
Lahir dari perbuatanku sendiri,
Berhubungan dengan perbuatanku sendiri,
Tergantung pada perbuatanku sendiri,
Perbuatan apa pun yang akan kulakukan,
Baik atau pun buruk,
Perbuatan itulah yang akan kuwarisi.
Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan. ]“
……………………………………………………………………………………………………………………………..
Demikian Ko Cy, Semoga Bermanfaat untuk Anda dan rekan-rekan semuanya… ,
Sotthi te hotu sabbada
[ Semoga setiap saat Anda selamat sejahtera]
epardana~RE said
Salam Kenal Mas RatnaKumara
Saya senang sekali mengikuti artikel di blog ini
Pertanyaan saya adalah :
1. Bagaimana pandangan buddhis / sikap kita secara buddhis mengenai adanya mahluk2 alam lain ? misalnya kita bertemu mahluk2 tersebut ? Sebab di beberapa tempat mungkin ada yang memberi sesaji dan lain2 apakah demikian supaya kita bisa harmonis dengan mereka? Sebab katanya ada yg meminta2 berkah? setahu saya yang menentukan kita menjadi Bahagia / Menderita adalah KARMA Kita sendiri .
2.Jadi kalau ada yang memuja dewa /dewi tertentu Apakah peranan Mereka terhadap Kita yang menyembahnya? Apakah mereka bisa membantu kita karena kita puja2 ( Membalas )
Mohon Pencerahannya
Semoga Semua Mahluk tanpa kecuali ” BERBAHAGIA ”
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Namatthu Buddhassa,
Salam Kenal sdr.Epardana,
1. Pandangan Buddhis mengenai hal ini tercermin dalam kalimat “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta” ~ “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.
Juga dari kalimat ini =
“ Sabbe Satta Sukhita Hontu, Nidukkha Hontu, Avera Hontu, Abyapajja hontu, Anigha Hontu, Sukhi attanam Pariharantu “ ~ “Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari permusuhan, bebas dari kesakitan, bebas dari kesukaran, semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka masing-masing”.
Maknanya adalah, bahwa semua makhluk mempunyai “hak-hidup”, mempunyai hak untuk meraih kebahagiaan.
Tidak peduli apakah itu manusia, hewan, hantu, makhluk neraka, hingga para Dewa kamadhatu-rupadhatu-arupadhatu.
Sehingga kita para manusia, tidak sepantasnya memusuhi mereka, mengusir mereka, dan lain2 tindakan yang tidak perlu. Selama tidak mengganggu, kita dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Bila bertemu mereka , pujikan saja supaya mereka selamat dan berbahagia.
Memang, sebagian banyak masyarakat menganut kepercayaan seperti itu, yaitu meminta-minta berkah pada makhluk2 tertentu, hingga kepada para Dewa, kepada Maha-Brahma ( Maha-Pencipta, Maha-Kuasa ). Namun, seperti yang sdr.Epardana nyatakan sendiri, bahwa kehidupan yang bahagia maupun yang menderita, semua disebabkan karena pikiran dan perbuatan ( karma ) kita sendiri, sehingga, sangatlah tidak perlu untuk meminta-minta berkah rejeki, perlindungan, dan lain2 kepada makhluk-makhluk tersebut , termasuk pada yang disebut-sebut sebagai “Maha…”.
MENGENAI SESAJI
Sebenarnya, karena semua hal adalah karena pikiran dan perbuatan kita sendiri, maka sesajian itu sesungguhnya tidak perlu.
Namun, ketika kita berpuja bhakti ( dimana diatas meja puja-bhakti terdapat banyak pernak-pernik serupa sesajian ) , kita juga sering menguncarkan ARADHANA-DEVATA, yakni Paritta untuk mengundang semua makhluk halus dan para Dewa untuk datang berkumpul dan bersama-sama mendengarkan Dhamma Sang Buddha. Kita mengundang Yakkha, Gandabbha, Naga.
Lalu, selesai puja-bhakti , kita menguncarkan paritta Ettavata, dengan tujuan melimpahkan berkah kebahagiaan kepada semua Dewa ( sabbe Deva ), semua makhluk halus ( sabbe Bhuta ) dan semua makhluk apapun juga ( sabbe satta ) pancavokara ( yang memiliki pancakhanda ) dan dapat bersimpati ( mudita-citta ) atas jasa-jasa kebaikan.
Jadi, gunanya “sesajian” diatas meja Puja Bhakti itu salah satunya untuk kita limpahkan pada makhluk-makhluk tersebut diatas, supaya mereka turut berbahagia.
2. Mungkin pengertiannya saja yang selama ini keliru. Banyak orang memuja-muja para makhluk halus , memuja-muja para Dewa. Sebenarnya ini tidak perlu. Yang perlu kita lakukan adalah berbuat-baik, melimpahkan jasa-jasa kebaikan pada mereka, dan secara otomatis, makhluk2 tersebut akan SENANG kepada kita, sehingga bila suatu saat kita menghadapi suatu “musibah”, makhluk2 seperti ini dengan itikad sendiri akan membantu kita tanpa kita memintanya, semacam “take” and “give” begitu.
Para Dewa memang bisa membantu kita bila kita memintanya, tapi kita tidak perlu “menghamba” kepadanya, memuja-muja dia, menganggapnya “Tuan” bagi kita. Ini sangat keliru.
Pada akhirnya, seharusnya kita memperlakukan makhluk2 apapun juga seperti kita memperlakukan sesama manusia, terlebih seperti memperlakukan diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat,
Mettacittena,
Ratana Kumaro.
epardana~RE said
Terimakasih atas balasannya Mas Ratnakumara…Beruntung sekali rasanya saya bisa berkenalan dengan anda , yg bisa menjawab pertanyaan saya dengan memuaskan…kalau ada pertanyaan lagi jangan bosan2 ya mas Ratnakumara tolong di bantu…
” Semoga Semua Makhluk BERBAHAGIA ”
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Namatthu Buddhassa,
Anumodana atas kunjungan anda ke blog saya ini.
Saya juga merasa sangat beruntung sekali bisa mengenal rekan se-Dhamma seperti anda.
Jangan sungkan-sungkan, bila ada pertanyaan lagi, atau mungkin anda mempunyai suatu pengalaman menarik tertentu berkaitan dengan Buddha-Dhamma, silakan anda share di blog ini.
Semoga saya bisa membantu anda bila ada sesuatu pertanyaan perihal Dhamma yang mungkin belum kita mengerti.
Soti te Hottu Sabbada
“Semoga Anda Selamat Sejahtera”
yang-kung~RE said
mas ratnakumara yang saya hormati.
dengan mengikuti sekilas perjalanan ke alas ketonggo,rasanya saya larut seperti ziarah rohani.
Dengan diawali masuk hutan hijaunya lembah dan pohon terasa kesejukan menghadap Illahi.Ada 10 tempat palenggahan agung Srigati untuk semedi dan moksa,manusia diingatkan oleh yang akarya jagad agar selalu ingat akan sangkan paraning dumadi.Gundukan tanah yang kadang muncul/tidak mengandung makna kehidupan nasib manusia yang tidak abadi yang ditandai gersangnya pohon,patahnya dahan,keringnya sumber air dan cahaya pelangi.Tanda-tanda alam merupakan petunjuk Illahi tentang hukum sebab dan akibat,yang merupakan tuntunan moral kebaikan bagi insan di bumi.
matur sembah nuwun kangmas
salam rahayu.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Pamuji Rahayu Eyang Kakung yang sangat saya hormati,
Semoga postingan saya mengenai Alas Ketonggo ini bermanfaat untuk kita semua, terutama tentunya kagem panjenengan pribadi.
Senang rasanya bila apa yang saya suguhkan disini bisa diambil manfaatnya.
Matur sembah nuwun, eyang Kakung yang saya hormati,
Salam Tentrem Rahayu…,
Semoga Eyang Kakung senantiasa Sukses dalam segala hal, sehat wal’afiat, sejahtera, damai, sentausa, bebas dari segala bentuk penderitaan.
Sadhu..sadhu..sadhu.. .
lovepassword~RE said
Wah met jalan-jalan mas ratna
……………………………………………………..
Terimakasih, lovepassword.
wira jaka~RE said
ya … sangat bermanfaat, menambah pengetahuan saya …. terutama pertanyaan dan jawaban yang sangat memuaskan ….
salam,
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Salam mas Wira Jaka,
Sangat senang rasanya mas Wira Jaka kembali lagi nyambangi blog saya ini.
Salam Pamuji Rahayu,
Semoga Anda senantiasa Selamat Sejahtera.
hadi wirojati~RE said
pamuji rahayu…,
kangmas ratana. gimana khabarnya …? semua senantiasa dalam kebahagiaan dan kesejahteraan…, damai selalu .., apapun perbedaan dan pendapat rasanya kalau saling memahami dan dengan kebeningan pikir dan kejernihan hati semua akan tampak indah dan harmoni… seperti ALAS KETONGGO ini ya kangmas..tampak asri dan begitu sejuk menyimpan makna yang dalam…,kita saling berbagi dan men-donga-kan, agar senatiasa bisa meraih kemerdekaan dan kebebasan serta menuju pada Nusantara yang Jaya kawijayan juga mulai kita bangkit untuk TIWIKRAMA BUDAYA..,
matur sembah nuwun..,
salam sihkatresnan
rahayu karaharjan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Salam Pamuji Rahayu, mas hadi wirojati.. ,
Maturnuwun, kabar saya sangat baik sekali, bagaimana dengan anda sendiri ?
Inggih mas Hadi, mari kita saling me-MUJI-kan, supaya kita bisa meraih kemerdekaan dan kebebasan pribadi serta menuju Nusantara yang Jaya kawijayan juga mulai kita bangkit untuk TIWIKRAMA BUDAYA.
Matur sembah nuwun, mas Hadi,
Salam sih katresnan,
Rahayu Karaharjan… .
tomy~RE said
Bagi kami Alas Ketangga tidak sekedar tempat ngalap berkah atau hutan angker.
Lebih dari itu alas Ketangga adalah sebuah prasasti kejatuhan Nusantara saat Eyang Brawijaya dipaksa melepas kebesarannya sebagai raja Majapahit di Srigati & dipaksa mengambilkan air wudhu di Umbul Jambe.
Namun disini pula akan datang sebuah pengharapan akan kembalinya kejayaan Nusantara.
Ada banyak kisah tentang Alas Ketangga
Salah satunya dulu ada beberapa tukang kayu & bangunan dari Jepara disuruh membangun istana di tengah Alas Ketangga. Mereka sungguh2 dibayar & kembali dengan selamat tapi tidak pernah bisa melihat lagi bangunan yang mereka bangun
……………………………………………………………………………………………………………
Salam Pamuji Rahayu, kadhang mas Tomy Arjunanto
Maturnuwun atas tambahan informasinya ( itu mohon ijin saya pertebal kalimat yang saya anggap informasi penting dari anda ).
Memang alas-ketonggo ini alas yang menyimpan banyak misteri-spiritual.
Dan adalah hal yang sangat baik, bila seseorang yang seneng nglakoni, menyempatkan diri barang beberapa hari untuk samadhi disana.
Sekali lagi terimakasih atas tambahan informasi yang menarik mengenai alas-ketonggo ini.
Mugi Rahayu ingkang sami Pinanggih.
Karim~RE said
Dear Bro Ratana,
Saya dan teman2 ada rencana mengundang 5 – 7 orang bikkhu dari daerah Udon Thani Thailand utk berkunjung ke Indonesia selama lebih kurang 1 bulan pada bulan Okober – November 2009. Saya tertarik utk membawa beliau-beliau ini utk jalan2 ke Alasketonggo kalau waktunya cukup dan beliau mau. Apa nanti Bro Ratana bersedia menemanin kami ke sana?
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
With metta, Karim
……………………………………………………….
Namo Buddhaya,
Namaste Suvatthi Hotu…,
Sdr. Karim yang terhormat.
Ya, saya bersedia jika memang anda berkenan mengajak saya turut serta.
Sungguh suatu kebahagiaan dan kehormatan bagi saya atas kesempatan yang anda berikan ini.
Mettacittena.
Semoga, Anda Sekeluarga Senantiasa Berbahagia, Damai, Sejahtera, Sentausa.
Sadhu,Sadhu,Sadhu… .
Karim~RE said
Dear Bro Ratana,
Anumodana atas kesediaan Bro Ratana menemani kami. Nanti akan saya bicarakan dengan beliau saat beliau berada di Indonesia.
Utk memudahkan komunikasi apa boleh saya tahu nomor HP anda?
Kalau boleh tolong di infokan via email saja.
sekali lagi terima kasih.
Semoga kita semua dan semua makhluk senantiasa berbahagia.
Salam Metta, Karim
…………………………………………………………………………………………………
Namaste Suvatthi Hotu…,
Salam Hormat saya untuk Anda, Sdr.Karim.
Anumodana juga atas kesempatan yang diberikan kepada saya.
Baik, nanti saya akan beritahukan nomor HP saya via email.
Juga, jangan sungkan2 untuk terus menyumbangkan komentar disini, saya dan kami semua sangat membutuhkan sumbangan komentar dari siapapun juga.
Salam Hormat sedalam-dalamnya dari saya,
With a lot of Metta ;
Semoga, Anda Sekeluarga Senantiasa Berbahagia, Damai, Sejahtera, Sentausa…,
Sadhu,Sadhu,Sadhu.
Nano~RE said
Hmm… bagus tuh tempatnya, sayang ya doeloe saat jadi anak kos di Jogya belum tau ada tempat begitu.
Menurutku tempat ini cocok buat Retret.
Dari arah Semarang / Jogya masih jauh ga ke Alas Ketonggo ??
Sekarang tempat itu masih banyak di kunjungi orang ?
……………………………………………………………………………………………………
Dear Nano.. 🙂
Iya , anda benar, tempat ini cocok untuk Retret.
Dari Semarang, kurang lebih butuh waktu 5 jam perjalanan untuk sampai kesana.
Dari Semarang ke Solo = 3 jam.
Dari Solo ke Alas Ketonggo = 2 jam.
Itu rute yang pernah saya tempuh.
Tempat itu masih banyak dikunjungi banyak orang, dan masih banyak pula yang bertapa disana.
Okey Nano, semoga jawaban saya ini membantu anda… 🙂
May Happiness Always b With U… ,
Sadhu,Sadhu,Sadhu.
CY said
@Nano
Hahaha… tumben sampeyan melirik Alas Ketonggo? Baru tau nih sampeyan pernah kos di Jogja.
Nano~RE said
@ CY
Iya nih. Artikel ini sangat informatif.
Saya cukup tertarik suasana Alas Ketonggo.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Dear Nano..,
Coba saja, kapan2 disempatkan berkunjung ke alas ketonggo , semalam atau dua malam saja, sembari latihan samma-samadhi dan samma-sati, jadi biar bisa ngerasain nikmatnya pengalaman di alas ketonggo yang sesungguhnya. 🙂
May U Take Care of Urself Happily,
Sadhu,Sadhu,Sadhu.
Nano said
@ Bro Ratna
Makasih atas atensinya.
Sekedar info, kalo saya ada mudik ke kampung halamanku, pasti saya sama temanku ke Klenteng di lereng bukit.Dan memasang dupa di situ. Suasananya cukup menenangkan.
Hanya di sana tidak ada orang bersemadi.
Konon ada rumor , dulunya di bukit tersebut ada orang bertapa.
Semenjak di bangunnya sebuah Klenteng, dan di buka akses jalan, tempat itu jadi ramai di kunjungi.
Melihat Alas Ketonggo teringat kampung halamanku, walau ada perbedaan dan persamaan.
hidayat said
Salam sejahtera
baru bisa lihat dan komentar diblog anda , karena saya agak sibuk.
menarik sekali tulisan ini,
sy jadi ingat Pak Marji, bgm kabarnya?
saya tambahkan posisi Goa Sidodadibagus ada di tangkis barat Kali Ketonggo dari arah selatan.
kalau anda melintasi sungai itu lewat “batu kadang karahayon” terus sebenarnya tidak dalam alias dangkal, seratus meter berikutnya ada “pertemuan dua sungai kali tempuran” dan sekitar ada 34 tempat dikeramatkan disana. Yang menarik lagi jika anda masuk hutan keutara dari kali tempuran sejauh 3 km ada Perlintasan Umbul jambe, lebih menarik Mas…. ditempat ini secara ghoib akan disambut pasangan raja dan permaisuri dan harimau kumbang.
ya itu tambahan dari saya…
hidayat said
NB: kalau di Umbul jambe banyak warung kopinya mas. tapi uhuinya juga banyak mesti juga hati-hati, seperti wisata spiritual/mistis umumnya, kalau dijakarta ya mirip petilasan si Pitung dimasjid pantai Al Alam, Pantai Marunda-Cilincing JakUt. Warteg dan wisatawan kalau pagi ramai sekali, kalau malam banyak orang tirakat dipendopo Putra Bangsa, warkop, anggota intel ngawi sekaligus mungkin adu ilmu ghoib, gemericik aliran sungai, bau dupa, dinginnya malam, dan perlahan orang bicara sangat cocok untuk mencari suasana baru………..saya tahu karena tukang ngluyur, jadi mungkin lama nggak ngeblog sibuk Mas,.
ratanakumaro said
Dear Mas Hidayat,
Wah, saya ikut senang, mas Hidayat sudah kembali lagi ke dunia blogger ^_^
Terimakasih atas tambahan informasinya tentang Alas-Ketonggo ini.
Sayang ya mas, saya pas kesana, gak ketemu mas Hidayat.., kalau ketemu pasti menyenangkan ^_^
Oiya, selamat merayakan hari raya Idul Fitri mas Hidayat, Minal aidzin wal faidzin.. , semoga selalu berbahagia, rahayu nir ing sambekala… 😉
ferry said
good ,,is very good,,? blm prnh kesana udah liat gambaRNYA JA DAH BGTU HEBAT GETARAN GAIBNYA,,,POKOKNYA YAA ALIMUL GHOIBY WASYAHADAH.. OK. BRO LEH GAK Q INGIN LBH TEU TENTANG SENDANG DRAJAD,,?
kusfandiari abu nidhat said
Adimas Ratnakumara yang saya hormati, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa Tuhan mengantarkan saya untuk menengok blog Saudara.
Seiring dengan minat saya menyusuri sejarah Kota Ngawi, saya tertarik dengan uraian Saudara terkait dengan Alas Ketonggo.
Satu hal yang saya minati ialah menyusuri asal-usul kata geografis. Salah satu di antaranya ialah Alas Ketonggo. Menurut saya, Ketonggo berasal dari Katangga (versi Kawi maupun Sansekerta selalu ditulis demikian). Namun saya tidak atau belum tahu arti Katangga tersebut. Barangkali Saudara bisa menemukan artinya? Terima kasih.
sugiyanto psgmulyono said
trimakasih info ratna kumara.
kusfandiari abu nidhat said
kapan-kapan kita ke Srigati, Mas Gik. Bisa?
widodo said
jalan terdekat menuju ketangga selain mengikuti arah petunjuk jalan masuk ke alas ketangga, lewat mana ? trimakasih sebelumnya
panembahan suryo negoro said
alas ketonggo merupakan tempat yang tepat untuk mencari jati diri. selain itu agar kita bisa melihat potensi dan talenta kita. bravo alas ketonggo
panembahan suryo negoro said
jangan salah gunakan tempat2 spt di alas ketonggo utk hal2 yg menyimpang dari akidah.
kusfandiari abu nidhat said
Katangga mungkin berasal dari ka + tangga. Apakah asal usulnya di sana ada ‘jalan setapak’ yang mirip tangga? Tentu membutuhkan penelusuran lebih jauh.
Dwi Nursita Bima said
Alas ketangga…
Tempat yg perlu dilestarikan,dijaga dan diuri-uri. Sebagai tanda bahwa kita menghormati dan menjunjung tinggi peninggalan prasejarah…
Sebelumnya saya minta maav,kebetulan saya bulan may kemaren bersama temend2 club motor touring ke Lawu dan mampir d alas ketangga..saya sangat suka dengan tempat dan pemandangan alamnya maklum kami mengatasnamakan club kami TOYOTA PECINTA ALAM(TOPA).tapi saya sangat menyayangkan
tempat yg seindah dan selengkap dgn benda2 peninggalan itu sangat2kurang diperhatikan.
Khususnya jalan menuju tempatnya yg kurang perhatian dari PEMKAB
kamipun terbesit sauatu pertanyaan buat bapak/ibu juru kunci alas ketangga
1.’mohon dijelaskan arti dari alas ketangga tersebut’
2.apakah Pemkab tidak pernah perhatikan tempat trsb..padahal kan tmpt trsbt kalo malam hari bnyak yg datang jd setidaknya d kasih lampu penerangan jalan.
3. Dua acungan jempol wat keindahan dan keaslian alam ALAS KETONGGO salut wat warga yg menjaganya.
Terima Makasih…
farisa said
awas bahaya musryik….
punakawan bayuaji said
@ Farisa
Musryik itu tempatnya di hati dan niat
tyo said
di alas ketonggo itu apa bener smua yang diminta keturutan?? klo minta di alas itu apa gak musryik????
punakawan bayuaji said
@Farisa, @ Tyo
MUSRYIK ITU TEMPATNYA DI HATI DAN NIAT
Misalnya: Satu saja niat (dihati, diucapkan dan dan dilakukan) bahwa obat dari dokter dapat menyembuhkan penyakit. Hal sekecil ini sudah tergolong musryik.
punakawan bayuaji said
@ Farisa
musryik</b, itu adanya dalam hati, nggak usahlah anda berkomentar bila anda tidak memahami apa yang dilakukan oleh sedulutr-sedulur kita itu
punakawan bayuaji said
SEMOGA SEMUA MAHLUK BERBAHAGIA
Dear ‘Ratna Kumala’, sudah berkali-kali kirim komentar, koq nggak ada yang muncul WHY……………………………..??????????????????????????
sofyan said
mas kapan2 umbul jambe juga diikutin donk……..tempatnya juga baguslo untuk daerah wisata………
ambeg paramarta said
Trims infonya.
robert said
Salam kenal
Mas Ratnakumara yang saya hormati, saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan mengantarkan saya untuk menengok blog Saudara.
Pada tanggal 28 des 2010 sy bersama dengan teman2x datang ke pelenggahan agung srigati (tujuan pertama) dan di akhiri mandi di umbul jambe (bw pulang air) serta sowan di pesanggrahan soekarno…apakah ini sudah cukup mewakili (ritual), karena ternyata masih banyak tempat2 lain yang belum sy kunjungi (keterbatasan waktu)…kemudian khasiat air dari umbul jambe, kegunaan antara lain utk apa aja…matursuwun mas….
agung said
Di situ lah seseorang akan menemukan jati diri nya,tergantung niat di hati masing2.
choirulanwar said
pak de marji iki anak lanang doa restunya sekarang ku sudah tahu siapa diriku.terima kasih pepundenku eyang sri gati.anak lanang tlatah kraton kutakartanegara
nyoman said
om;suvastiastu om, semoga semua mahluk berbahagia,trimakasi saudara-saudara semua atas info nya, saya jadi pingin meditasi dan menenangkan diri, dan melihat alam nyata yang bisa memberikan pelajaran dan makna filosopi kehidupan, yang bisa menahan nafsu dan loba,untuk mencapai pahala dari karma untuk moksa,om shanti,shanti,shanti,om, damai di hati,di dunia ,dan selamanya,
aminah said
ass…wr.wb.Pada tgl 19 desember 2011 sy beserta keluarga diajak kerabat sy yg tinggal di kedung putri ke umbul jambe…kami melintasi hutan yg kebanyakan pohon jati….jalannya sdh bs dilewati mobil….ditengah hutan ada patung penjaga hutan…sesampainya di sana ada 2 buah warung untuk sekedar istirahat dan minum…..sdh sepuh penjaga warungnya,sekarang sdh ada jembatan gantung bercat merah putih…di sebarang sungai ada patung 2 ekor singa dan taman kecil…sumur yg tdk pernah kering airnya bersih…bening tepat di tepi sungai malah anak sy berenang di sungai itu…sumur itu bercat hitam putih…pulangnya saya lbh suka melewati sungai ….enak dikaki seger….saya juga memotret tempat tsb tp msh tersimpan di hp….demikian pengalamn sy mengunjungiumbul jambe wass…wr.wb.
Angga said
Aku anak ngawi,memang benar..pa lg waktu 1 suro,bnyak yg bersihin pusaka di situ
macbeth said
I’d been there just sightseeing, natural scenery. Washing my feet in smal river, lovely natural.
saydie said
dalane y ben ngono ae bro.la pengen dalan enak y neng kutho wae.he..he..
icha said
yo..i cap cus
bambang said
MUNGKIN INI BUKAN KOMENTAR, TAPI PERTANYAAN KIRA2 BOLEH TIDAK AKU MINTA KESEMBUHAN ANAKKU YG USIA 11 TAHUN TAPI BELUM BISA JALAN, KONDISI KAKI NORMAL SUDAH BISA TRANTANAN TAPI BELUM KUAT BERDIRI SENDIRI APALAGI JALAN, TERIMAKASIH
Heinz said
Kalau boleh tau siapa nama anak mas bambang? Coba kirimkan no hp n fotonya ke email saya di
collectionyoume@gmail.com
Siapa tau saya bisa bantu guna kesembuhan anak mas Kalau mas mengizinkan. Terima kasih
bambang soeprapto said
Rahayu..rahayu..rahayu…salam kenal..salam sejatera buat kita semua..semoga saya bisa tut wuri handayani dalam meditasi dan kontemplasi..terima kasih